(sc: instagram @falconpictures_)
Director : Fajar Bustomi & Pidi BaiqWriter : Pidi Baiq
Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea. 3 Novel yang bener-bener ngebuat gue yang bukan lagi anak SMA berhasil senyum-senyum sendiri. Visualisasi Ayah Pidi dalam bentuk kata-kata menggambarkan memang Dilan adalah sosok gagah, lucu, dan romantis menurut versi Dilan sendiri. Dilan yang sosoknya ga bakal ditemukan oleh cowok-cowok manapun didunia ini.
Hubungan Dilan dan Milea dalam bentuk novel, benar-benar...AH, bahkan kadang membuat kita yang membacanya ingin terlibat didalam hubungan mereka. Ingin ikut bercengkrama mendengarkan cerita Dilan tentang Milea, ingin mendengarkan cerita Milea tentang bagaimana dia melihat Dilan.
Dilan, dan Milea. Dua sosok yang kemudian muncul dengan begitu keren setelah sosok lainnya seperti Rangga dan Cinta, Habibie dan Ainun, Fahri dan Aisha. Dilan mungkin tak sebaik Fahri, dan sepuitis Rangga, atau secerdas Habibie. Tapi ya Dilan dengan sosoknya sebagai Dilan memang berhasil membuat para wanita menginginkannya. Bahkan banyak pria menjadikan Dilan sebagai panutan. Sebagai Dilan yang dengan sederhananya mencintai Milea. Dan Dilan yang bisa membuat Milea jatuh Cinta.
Awal ketika Ayah Pidi mengumumkan bahwa Dilan akan diangkat menjadi sebuah film, gue sangat senang, sangat-sangat senang. Karena akhirnya 2 sejoli ini, Dilan dan Milea akan dapat divisualkan secara langsung. Gue tau ga semua orang suka membaca, nah dengan Dilan dan Milea yang tampil dalam bentuk film, akhirnya banyak orang akan menjadi saksi tentang kesederhanaan Dilan dalam mencintai Milea. Tentang Milea yang juga mencintai Dilan.
Sampai akhirnya kemudian Iqbal Ramadhan ditunjuk sebagai pemeran utama, dan bertindak sebagai Dilan. Kemudian Vanesha Prescilla akan berperan menjadi Milea. Awalnya gue kaget, kenapa bisa Iqbal yang menjadi Dilan. Iqbal yang masih lekat dengan gambaran CJR gue rasa tidak layak untuk disematkan sebagai karakter Dilan.
Pun kemudian banyak orang yang mempertanyakan kenapa bisa Iqbal yang bisa menjadi Dilan. Gue sendiri punya jagoan seperti Herjunot Ali, atau Adipati Dolken yang harusnya berperan sebagai Dilan.
Cuma akhirnya pertanyaan itu perlahan mulai memudar, karena gue tau Pidi Baiq sudah kenal baik dengan karakter Dilan. Dan dia pasti tau tentang siapa dan apa yang harus memerankan Dilannya, Dilan buatannya yang berhasil membuat banyak orang tergila-gila.
Selesai produksi, seperti biasa akun sosial media rame tentang promo dari film Dilan. Semua sibuk mengupload tentang Iqbal dan Vanesha tepatnya.
Gue sadar, setelah produksi para crew dari pembuatan film ini masih berjuang keras. Untuk membuat sosok Iqbal benar-benar menjadi sosok Dilan dimata para penggemar.
Untungnya sosok Iqbal yang lekat dengan CJR pun perlahan menghilang. Dengan banyaknya video atau foto tentang Iqbal dan Vanesha yang mungkin dibuat seperti orang jatuh cinta dan banyak gimmick lainnya.
Ya, cara ini benar-benar berhasil.
Karena kemudian secara tak sadar pandangan orang terhadap Iqbal pun berubah.
Ya, Iqbal sebagai anggota CJR sudah tak ada, yang ada adalah Iqbal sebagai Dilan.
Beberapa waktu film Dilan 1990 tayang di bioskop. Banyak orang kemudian memberikan respon positif terhadap film ini. Film Dilan 1990 dianggap berhasil, karena berhasil memvisualkan apa yang ada didalam novel dengan sangat baik.
Gue sendiri masih takut untuk nonton, karena gue ga pengen apa yang ada dikepala gue. Imajinasi tentang Dilan dan Milea berubah. Imajinasi tentang cinta sederhana Dilan dan Milea, yang bukan hanya tentang percintaan anak SMA atau remaja. Ya gue suka sama Dilan lebih ke karakter Dilan dan gaya dia dalam memperlakukan Milea. Bukan tentang bagaimana anak SMA memperlakukan wanitanya.
Sampai akhirnya kemudian, "yaudahlah gue harus nonton".
Ekspetasi gue yang tinggi, sengaja gue tinggal jauh dibelakang.
Gue yang bukan pengikut Pidi Baiq, dan juga menyukai Iqbal ataupun Vanesha seharusnya bisa menilai film ini dengan se Objektif mungkin.
Beberapa puluh menit gue didalam ruang teater bioskop dan kemudian film selesai.
Kalian tau apa?.
Gue ngerasa beruntung untuk tidak memasang ekspetasi yang tinggi terhadap film ini.
Karena maaf, film ini menurut gue terlalu biasa.
Bahkan jika gue ikut memasang ekspetasi dari novel yang gue bawa didalam ruangan bioskop tadi, dan menyaksikan film ini dengan penuh ekspetasi. Dapat dipastikan gue akan sangat kecewa.
Entah emang ini disengaja atau tidak, tapi gue ngerasa adegan dari para pemeran didalam film ini sangat kaku, terlalu kaku. Gue ngikutin semua novel Dilan, tapi kayaknya didalamnya semua mengalir dengan begitu apa adanya. Tapi entah kenapa di dalam film ini semua terkesan sangat kaku.
Bahkan banyak dialog yang terkesan sangat ingin dipaksakan. Yang malah membuat adegan yang sudah kaku menjadi lebih kaku.
Padahal disana banyak aktor yang seharusnya sudah sangat kawakan terhadap dunia peraktingan dan perfilman.
Gue malah lebih suka dengan gaya pak Ridwan Kamil yang jadi Cameo di Film Dilan.
BAPAK KEREN!
Gue menyaksikan film, bukan sinetron.
Tapi entah kenapa, banyak karakter didalam film ini menggunakan make up yang bagi saya terkesan tidak natural.
Menurut gue, film itu harus mengalir apa adanya. Mengalir dengan sesuai perasaan, keresahan, dan logika kita sebagai penikmatnya. Cuma entahlah emang ini atau disengaja, tapi gue sedikit agak kecewa tentang make up yang dikenakan oleh para pemain yang beberapa agak berlebihan.
Tapi tunggu dulu, tidak semua didalam film ini biasa, atau membuat gue kecewa.
Kalian tau?.
Iqbal yang diragukan sebagai Dilan, berhasil benar-benar membuat orang yang meragukan bungkam.
Iqbal benar-benar berhasil memereankan sosok Dilan.
Iqbal benar-benar memerenkan sosok Dilan dengan sebaik-baiknya dan sehebat-hebatnya.
Nada Iqbal, dan dialog dari kata-kata Iqbal untuk memerankan Dilan membuat banyak wanita melting, dan para pria tersenyum malu dan mencatat bahwa dia harus jadi pria seperti itu.
Ah Iqbal sangat berhasil!.
Sangat berhasil.
Sampai saya mengira bahwa, Dilan memanglah Iqbal.
Warna didalam film juga sangat baik, sangat pas untuk adegan-adegan yang berhasil membuat banyak orang tersenyum dan tertawa melihat Dilan dan Milea.
Lagu didalam film ini juga sangat bagus.
Gue sangat suka dengan OST dari film Dilan ini.
Ah iya, twist-twist yang dibuat oleh Pidi Baiq dan Fajar Bustomi juga sangat keren. Ga terduga, dan membuat cerita didalam film ini menjadi lebih hangat, lebih dekat, lebih lucu, dan lebih menarik untuk disaksikan.
Terlepas dari perasaan biasa, dan mungkin kecewa terhadap film Dilan ini. Bagi gue, gue tetap ga nyesel karena nonton film Dilan 1990 ini. Gue tetep ga nyesel untuk ngeluarin duit 30 ribu untuk nonton film ini. Karena gue tau, mungkin sulit bagi Pidi Baiq untuk memenuhi dan memuaskan semua ekspetasi yang terbentuk dari novel yang dia buat sendiri.
Karena ekspetasi setiap orang berbeda, sehingga tak mungkin kita berharap mendapatkan sesuatu yang sama.
Film ini sangat gue rekomendasiin buat para pria yang mungkin sedang ingin menjalin hubungan dengan gebetannya. Para pria yang mungkin sedang ingin membahagiakan wanita yang sedang menjadi pacarnya. Atau sangat menyukai kisah romansa remaja.
Film ini ga gue rekomendasiin buat para wanita, apalagi yang masih Jomblo. Karena jika kalian punya pacar, pasti kalian menginginkan pacar kalian menjadi sosok Dilan. Dan percayalah jika kalian jomblo, kalian akan melupakan oppa-oppa korea dan beralih untuk mencintai, dan mencari sosok Dilan sebagai pria impian kalian.
Pidi Baiq, aku tetap menunggu Dilan 1991 dalam bentuk film buatanmu.
Rating Film Dilan
6/10
[Review Makanan Jogja] Nasi Goreng Winong?. Ah Jangan, Ini Enak!. (NASI GORENG REMPAH JOGJA)
#MAKAN-MAKAN 01:00
2 Hal yang paling membahagiakan bagi seorang Mahasiswa di Jogja adalah, pertama diterima cintanya, dan kedua ditraktir oleh temannya.