Malang, Aku Jatuh Cinta.
01:03
Suara hujan yang coba gue gambarkan lewat tulisan. Ya hari itu cuaca Jogja di Sore hari sedang hujan. Diiringi dengan dingin yang kemudian menyeruak dan menyelimuti tubuh, sore itu gue benamkan badan kurus, beserta semua ornamennya kedalam bedcover.
Belum mendapati kata hangat dari bedcover, tak lama kemudian sesosok makhluk gendut dengan ornamen bulu yang menyelimuti bagian bawah muka, datang dan masuk kekamar. Yoi, Zulfikar datang. Sesuai janji yang gue berikan, hari ini adalah jadwal gue beserta kawan-kawan untuk menuju Malang. Kota yang selama ini selalu gue idam-idamkan untuk gue datangi.
Dengan duit seadanya, dan doa sebanyakbanyaknya (berharap kalo kehabisan duit, gue ga ditinggal dijalan). Gue kemudian memberanikan diri untuk ngangkat ransel yang berisi berapa helai pakaian yang bakal gue gunakan. Dengan kecup manja dari telfon yang tidak lagi diberikan, gue meninggalkan kosan tanpa sehelaipun penyesalan.
Hari itu dengan mobil Agiya yang Zul pinjam dari kakaknya, kita meneruskan perjalanan untuk menjemput cecunguk-cecunguk lain yang sudah menunggu dikos mereka masing-masing. Ya para lelaki manja ini ga mau hujan-hujanan untuk berkumpul disatu tempat. Layaknya permaisuri yang harus diperlakukan, mereka minta agar Zul tawaf berkeliling menghampiri 1 demi 1 para lelaki ini.
Oh iya sebelum gue cerita lebih lanjut, alanagkah lebih baiknya gue ngenalin perjaka-perjaka yang nemenin gue selama perjalanan.
Dimulai dari sosok paling kiri, dengan topi ala-ala yang punya cita-cita bisa ngedate bareng Nikita Mirzani. Dia adalah Heri Fadli, yang biasa gue panggil Emet. Kemudian sosok disebelahnya, ya dia adalah Syekh Puji.
Eh sorry bukan. Dia belum poligami, dan malah bingung untuk dapet pujaan hati. Dia adalah zulfikar yang kemudian karena perawakannya yang memang mirip pak Puji, gue panggil dengan sebutan Syekh Puji. Panggilan sayang dari gue #GUEBUKANHOMO #SAYANGBUKANBERARTICINTA #KARENASAYANGITUBEDA #IYAGITU!
Nah kalo yang pake kacamata item dan paling ganteng, taulah kan yasiapa. Dia adalah Al Ghazali!. Ga deng, itu gue!. Nah tepat disebelah kanan, itu ada Agung. Sesosok manusia tanpa imbuhan Hercules dibelakang nama, yang punya mimpi untuk jadi binaragawan sukses (aamin). Nah disebelahnya lagi ada Aras, cowo gendut dengan semua imbuhan lucu disetiap geraknya. Kalo yang paling ujung, itu mas-mas driver bromo, yang kita bayar 600ribu ga boleh kurang, KAMPRET!
Lanjut ke cerita.
Pada akhirnya Zul (gue panggil zul aja biar ga kena uu ite) menjemput kami 1 demi 1. Dimulai gue, kemudian heri dan aras, hingga terakhir Agung. Ya layaknya jumlah One Direction dengan masih ada Zayn didalamnya, kami menuju Malang.
Tapi entah lupa membaca Bissmillah, atau Jogja belum siap ditinggal oleh para perjaka ini, tepat sebelum perjalanan benar-benar dimulai, tepat didepan kos Agung ban mobil Zul pecah. Ya entah kosan Agung yang terlalu banyak menanggung dosa, atau semesta yang menakdirkan kita untuk membatalkan perjalanan, atau mungkin emang APES!, ban kanan mobil Zulfikar bener-bener ga bulat lagi bentuknya.
Yoi, pada akhirnya perjalananpun NGARET!, karena kami terpaksa harus mengganti ban mobil Agiya Zul tercinta.
Apesnya lagi, Zul bilang kalo dia ga bawa Dongkrak, yang ngebuat kita harus tawaf keliling dan nanya kepada siapa saja makhluk hidup didekat sana yang memiliki benda yang dinamakan dongkrak. Awalnya kita bilang ke Zul kalo bannya langsung diganti aja sama ban serep supaya perjalanan cepet dimulai. Cuma karena Zul beranggapan ban serep masih baru, alias ga pernah dipake, alias masih mahal, Zul minta biar ban yang pecah aja ditambal, agar bisa terus dipake.
Yoi zul kampret (ga deng becanda, dibuat kampret biar kesannya drama)!.
Dengan kekuatan bulan, dan otot yang dimiliki agung (entah apa korelasinya), intinya Agung nemuin dongkrak. Dan barulan tangan-tangan handal dari orang berlima ini dengan mahirnya ngebuka ban.
Sibuk ngebuka ban, Zul lanjut tawaf lagi nyari sesuatu dimobilnya. Dan tiba..tiba..... Dengan muka polosnya dia datang kebelakang, dan ngebawa sesuatu...
Ini dongkrak he he he (Zul ketawa polos, dengan kumis yang kemudian naik turun).
KAMPRET!. Padahal dari tadi kita pada nyarrin dongkrak, dan ternyata dimobil zul dia punya DONGKRAK!. Masih baru, masih dibungkus, dan lengkap!. Karena kita ga mau marah, dan ga pengen Zul ngambek, yang malah nanti pas nyopir dia ngebatin dan ngebuang kita di tengah jalan. Akhirnya kita cuma bisa senyum satir, sambil bilang "Iya zul hehe, sini zul dongkraknya pake yang ini aja, biar ini yang dibalikin hehe, makasih ya zul" (Jawab Agung dengan satir, padahal gue tau didalem atinya pengen kasih Upper Cut manja ke Zul). Gue yang takut dosa, karena dianggap kurang ajar sama orang tua (ZULFIKAR ORANG TUA #INIBENERAN), cuma bisa senyumsenyum.
Ga lama berselang, Aras dan Zul kemudian bawa bawan tubbeles iitu dengan motor. Gue, Heri, dan Agung bilang ke Zul kalo biar kita yang jaga mobil, padahal kita males karena cuaca lagi hujan, dan kita emang ogah hujan-hujanan. Karena ita percaya bahwa hujan yang baik bagi tubuh manusia hanyalah hujan di film india, yang membasahi tubuh para wanitanya *UH.
10-15 menit berlalu, Zul dan Aras tiba, dan kemudian dengan gesit kita langsung pasang ban itu, diiringi dengan lafazh Bissmillah dimasing-masing orang, kita berharap kalo ban ini ga bakal beulah lagi, dan bawa kita dengan selamat ke Malang, hingga kita pulang lagi ke Jogja..
Barulah setelah semua siap. Dengan doa Bismillahi tawakaltu ‘alallahi laa haula wala quwwata illa billah, kita kemudian berangkat untuk menuju Malang.
Bersambung.
0 komentar