ANJ*NG, GUE BAPER
22:49
Pernah ga sih lo suka sama orang, tapi dalam beberapa waktu lo lupa kalo lo pernah suka ama doi. Dan kemudian tiba-tiba doi dengan kampretnya dateng lagi, dan kemudian ngebuat lo sadar “ANJING IYA GUE SUKA AMA DIA”.
Dulu awal kenal yang namanya Jatuh Cinta, gue adalah Cowok Goblok yang setiap putus dengan seorang PEREMPUAN (ASLI) selalu berada dipihak yang dirugikan. Pihak yang selalu berada diposisi paling galau, dan diposisi yang sulit untuk move on. Gue selalu jadi gembel, gelandangan, dan pengemis yang ketika putus selalu berharap untuk balikan. Yoi ketika gue menuturkan kata Cinta, itu berarti gue emang serius, tulus, dan berharap mendapatkan balasan, yang nantinya sama-sama menyongsong kehidupan bersama dengan waktu yang lama *HALAH.
Terhitung dari jaman ingus masih setia gue pelihara dihidung dan menjadi jati diri (SD), sampe jaman dimana ingus gue anggap sebagai aib diri sendiri (SMA), gue udah 5kali pacaran. Ya persetan dengan itu namanya Cinta Monyet, yang jelas gue udah jatuh cinta dan mulai menjajaki hubungan pacaran dari jaman SD. IYA SD!.
Dengan 5 kali gue pacaran, berarti gue udah ngoleksi 5 mantan. Biar lebih gampang sebut saja mereka Pevita, Raisa, Ayana, Veranda, dan Agnes Monica. Dari kelima mantan ini sayangnya gue hanya merasakan manisnya asmara dengan waktu paling lama satu bulan. Ya Satu Bulan. Gue inget waktu pacaran jaman SD gue jadian dikelas 4, dan hanya merasakan kenikmatan asmara selama 3 hari, dan gue diputusin dengan alasan doi lebih suka Alex sipemilik Tamagochi berwarna Biru. Begitu juga Pevita, Raisa, dan Veranda diwaktu SMP yang harus mutusin gue diusia perpacaran satu minggu dengan alesan klasik “LO TERLALU BAIK”, yang kemudian juga disusul Agnes Monica dijaman SMA yang mutusin gue dikelas 1 SMA dengan alesan “Dilarang orang tua”.
Yoi semua kekampretan itu harus gue alami, sebagai goresan tinta kelam dalam perjalanan asmara gue. Dari 5 mantan dan 5 kali fase pacaran, selain kenyataan yang selalu bernasib gue yang harus diputusin, gue juga selalu bernasib untuk sulit ngelupain. Hanya beberapa hari gue pacaran, bulanan hingga tahunan gue berusaha untuk melupakan. Ya mungkin bagi beberapa orang mantan adalah sampah, yang jika didaurulang tetap berbentuk sampah. Tapi bagi gue, cinta ya cinta ga bakal bisa dianalogiin sama sampah.
Di fase-fase itu gue juga sadar, bahwa ngelupain itu emang ga mudah dan kalo emang mudah mungkin Adam dan Hawa tidak bakal mungkin bertemu kembali untuk merajut cinta, setelah dihempaskan didunia yang ribuan kilometer jarak jauhnya (Ini gue ngomongin apa sih).
Intinya selama SMA gue adalah orang yang susah move on, dan susah untuk ngelupain orang apalagi itu CINTA (gue bold biar makin afdol). Setelah putus dari mantan yang kelima, gue jadi seolah-olah sulit untuk jatuh cinta. Gue jadi males buat kenal yang namanya cinta, gue jadi kayak anti sama yang namanya pacaran. Gue beranggapan bahwa kenapa gue harus Cinta yang kemudian disusul dengan Pacaran, kalo gue tahu ujungnya, iya “PUTUS”. Buat apa gue pacaran dengan waktu yang bisa gue itung, yang kemudian galau dengan waktu yang ga bisa gue itung?. Gue jadi nganggep cinta dan pacaran adalah 2 objek yang berbeda. Dan semenjak itu juga gue punya prinsip dimana gue bakal suka atau cinta ama orang yang ga bakal cinta ama gue. Dengan gitu gue ga bakal pacaran, dan ngalamin moment-moment kampret ketika putus dari pacar.
Sayangnya bener kata orang “Jatuh Cinta itu ga bisa lo rencanain kapan, dimana, dan untuk siapa”. Sesuka-sukanya gue dengan Taylor Swift, gue tetep sadar kalo itu bukan Cinta. Senyoba-nyobanya gue jadi Homo dengan suka Ikko Uwais, tetep aja ga bisa karena gue bukan Homo. Awal kuliah gue kembali ngalamin perasaan yang selama ini gue hindarin. Iya kayaknya gue kena lagi sama yang namanya “JATUH CINTA” dengan seorang wanita. Yoi seorang wanita bermata teduh, berhijab rapi, dan punya senyum yang selalu mengundang makna rindu.
Awalnya gue sempet males, nyoba ngehirauin perasaan yang ada dihati gue karena ternyata doi juga menjadi mahasiswa yang naik daun, dengan jumlah penggemar yang bejibun. Tapi semakin gue males dan mengabaikan perasaan yang dihati gue, semakin gue penasaran dengan si doi. Penasaran yang kemudian membuahkan hasil ketika gue dapetin nama doi yang bernama “GITA”. Yoi anak jurusan kedokteran Gigi yang kembali ngebuat gue JATUH HATI.
Pejuang, Berjuang, Terbuang. Itu yang gue alami kemudian ketika gue memberanikan diri untuk mulai menumbuhkan rasa cinta didalam perasaan. Gue yang beranggapan sebagai Pejuang Cinta, harus berjuang mendapatkan GITA dengan berbagai macam cara halal, baik dari chat ataupun curi-curi pandang. Kegiatan Berjuang yang kemudian harus terbuang ketika GITA mengumumkan pacar barunya. Yoi Kapten Sepak Bola, yang kalo kekampus ga naek kendaraan roda dua. Yoi bukan pesawat juga, tapi naek mobil mewah yang secara ga langsung menyingkirkan saingannya yang hanya bermodalkan perasaan cinta. Yoi istilah kurang tampan dan kurang mapan harus melipir dari peredaran gue alami ketika itu.
Gimana nasib gue?. Seperti biasa setelah pupus harapan mendapatkan gelar pacar dengan GITA, gue kemudian mengalami fase yang biasa gue alamin sebelumnya. Fase galau dan sulit untuk melupakan. Gue inget itu di Semester 2, dimana usia kejombloan gue udah difase ke 3th. Setiap hari waktu gue cuma gue habisin dengan penyesalan, yoi penyesalan kenapa gue harus jatuh cinta dan berharap menjadi pacar dari Gita, harapan yang sebenarnya udah gue haramin untuk terlintas dihati.
Hari terus berjalan, waktu terus berputar dan galau masih selalu setiap tetap menemani. Hingga disaat gue udah mulai jenuh, gue mulai mencari ilham dari Google, yoi gue yang putus asa mencari dengan keywords “cara untuk melupakan”. Dan ternyata, google juga ada batasnya. Ilmu atau ilham yang gue cari tidak ditemukan keberadaannya.
Tapi sebagai Pejuang yang telah terbuang gue tetep berusaha untuk mencari cara untuk melupakan. Melalui status facebook salah satunya. Entah Marck Zuckerberg saat itu tau keadaan hati gue, atau Semesta telah jenuh melihat rintihan doa gue, gue menemukan sebuah status yang berjudul “Melupakan itu ga gampang, tapi banyak cara untuk mengalihkannya”. Yoi mengalihkan, cara yang sebelumnya ga pernah gue coba.
Semenjak menemukan status emas itu, gue mulai mengalihkan senyuman Gita dengan tugas-tugas kuliah, dan event-event kuliah yang menyita banyak waktu dan tenaga. Semakin perlahan wajah Gita mulai samar, dan kemudian hilang entah kemana. Gue juga jadi sibuk untuk ngerjain banyak hal, dan balik kejalan semestinya. Jalan Mahasiswa yang bukan menjadikan Cinta sebagai ornamen Indah didalam kehidupannya.
Hingga tiba-tiba hari ini di SEMESTER 5. Momen Kampret kembali terjadi. Jam 14.00 saat Matahari sudah tak lagi diatas kepala, tepat disebelah jalan parkiran, tiba-tiba gue yang berjalan dengan Rio mendengar suara teriakan indah yang ga asik suaranya. “OJIIIK!!!”, gue yang kaget kemudian menoleh kearah suara dan melihat suara wanita sedang melambaikan tangan, gue yang reflect kemudian membalas lambaian tangan dengan teriakan “Eh Iya”. Gue inget, senyuman itu, wajah itu, dan suara itu. Ya itu Gita yang entah kenapa nyapa gue, mungkin mencoba menjalin kembali tali silaturahmi yang sempat terputus. Sapaan yang kemudian tak berlangsung lama, karena kita kemudian kembali berjalan kearah yang berbeda.
Ya tapi bukan itu masalahnya, hari itu entah kenapa gue jadi inget lagi bahwa “GITA ADALAH ORANG YANG GUE SUKA”. Meskipun kita kembali berjalan kearah yang berbeda, dan sapaan itu hanya berlangsung dalam waktu hitungan menit, tapi itu ngebuyarin usaha gue buat ngalihin doi dari hati ini dan yang paling penting “ANJING GUE BAPER” (lagi).
4 komentar
hadeh hahaha ntaps kak
ReplyDeleteWeheheh makasih.
ReplyDeletealurnya bagus *guuud
ReplyDeleteAlurny sdh bagus
ReplyDelete